KEPERIBADIAN
Istilah
keperibadian (personality) memiliki banyak arti. Di dalam perilaku kosumen,
keperibadian didefinisikan sebagai respons yang konsisten terhadap stimulus
lingkungan. Keadaan organisasi di dalam diri individu, yang diacu sebagai
keperibadian, mengadakan persiapan untuk pengalaman dan perilaku yang
berhubungan secara rapih dan koheren. Keperibadian juga menyediakan pola khusus
organisasi yang membuat individu unik dan berbeda dengan semua individu yang
lain. Konsistensi respons berasal dari pengertian bahwa keperibadian didasarkan
pada karakteristik psikologis sebelah dalam yang agak langgeng.
Tiga
teori atau ancangan utama terhadap studi keperibadian digunakan di dalam
penelitian konsumen : psikoanalisis, sosial-psikologis, dan faktor ciri
(trait-factor). Keperibadian kadang dihubungkan dengan konsep diri atau diri
ideal yang diinginkan oleh individu, termasuk teori hierarkhi Maslow di mana
orang berusaha mencapai potensi aktualisasi diri mereka yang sepenuhnya.
TEORI PSIKOANALISIS
Teori psikoanalisis mengemukakan bahwa system
keperibadian manusia terdiri atas id, ego, dan superego. Id adalah sumber
energy psikik dan mencari pemuasan seketika bagi kebutuhan biologis dan
naluriah. Superego menggambarkan norma masyarakat atau pribadi dan berfungsi
sebagai kendala etis pada perilaku. Ego menengahi tuntutan hedonistic dari id
dan larangan moral dari superego. Interaksi yang dinamis dari elemen-elemen ini
menghasilkan motivasi bawah sadar yang diwujudkan di dalam perilaku manusia
yang dapat diamati.
Teori
psikoanalisis berfungsi sebagai basis konseptual bagi gerakan penelitian
motivasi, tetapi yang juga merupakan pendahulu dari studi gaya hidup. Menurut
filosofi dari para peneliti motivasi seperti Dr. Ernest Dichter, perilaku
konsumen sering merupakan hasil dari motif konsumen bawah sadar, yang dapat
ditentukan melalui metode penilaian tak langsung yang diuraikan seperti teknik
proyektif dan teknik psikologi terkait.
TEORI SOSIO-PSIKOLOGIS
Teori
sosio-psikologis berbeda dengan teori psikoanalisis dalam dua hal penting.
Pertama, variabel sosiallah, bukan naluri biologis, yang dipertimbangkan
sebagai determinan yang paling penting dalam pembentukan keperibadian. Kedua,
motivasi perilaku diarahkan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Contoh
yang representative dari teori keperibadian sosio-psikologis adalah paradigma
Horney. Model ini mengemukakan bahwa perilaku manusia diakibatkan oleh tiga
orientasi antarpribadi yang utama: patuh, agresif, dan tidak memihak. Teori Horney
digunakan di dalam penelitian pemasaran dalam bentuk yang disebut skala CAD,
yang dikembangkan oleh J. B. Cohen dan terdiri dari skala 35-butir. Skala ini
diterapkan di dalam situasi di mana keinginannya adalah untuk menghubungkan
pilihan konsumen yang spesifik dengan keperibadiaan.
TEORI FAKTOR-CIRI
Teori
faktor-ciri (trait-factor theory) adalah ancangan kuantitatif terhadap studi
keperibadian. Teori ini mendalilkan bahwa keperibadian individu terdiri dari
atribut predisposisi yang pasti disebut ciri (trait). Ciri didefinisikan secara
lebih spesifik sebagai cara apa saja yang dapat dibedakan dan relatif abadi di
mana individu berbeda satu sama lain. Ciri secara alternatif dapat dianggap
sebagai variabel perbedaan individu.
Tiga
asumsi menggambarkan teori faktor-ciri tersebut. Ada asumsi bahwa ciri adalah
lazim bagi banyak individu dan bervariasi dalam jumlah absolute di antara
individu. Ada asumsi lebih jauh bahwa ciri ini relatif stabil dan menimbulkan
efek yang agak universal pada perilaku lepas dari situasi lingkungannya. Dari
asumsi ini ada pendapat bahwa pelaksanaan fungsi yang konsisten dari variabel
keperibadian bersifat meramalkan variasi luas perilaku. Asumsi akhir menegaskan
bahwa ciri dapat disimpulkan dari pengukuran indicator perilaku.
Teori
faktor-ciri merupakan baris utama dari penelitian keperibadian pemasaran. Studi
yang khas tersebuut berusaha mendapatkan hubungan antara seperangkat variabel
keperibadian dan bermacam perilaku konsumen seperti pembelian, pilihan media,
inovasi, rasa takut dan pengaruh sosial, pilihan produk, kepemimpinan opini,
pengambilan resiko, dan perubahan sikap.
MERAMALKAN PERILAKU PEMBELIAN
Meramalkan
perilaku konsumen menjadi sasaran dari banyak penelitian keperibadian,
setidaknya hingga belum lama ini. Literatur yang kaya mengenai keperibadian di
dalam psikologi dan ilmu perilaku telah membujuk banyak peneliti untuk berteori
bahwa karakteristik keperibadiaan harus meramalkan merek atau preferensi toko
dan jenis lain kegiatan pembeli. Studi ini umumnya masuk ke dalam dua
karakteristik: (1) kerentanan terhadap pengaruh sosial, dan (2) pilihan produk
dan merek.
Walaupun
ciri keperibadian didapatkan sebagai prediktor yang absah dari maksud atau
perilaku, apakah ciri akan berguna sebagai sasaran pemangsaan pasar? Jawaban
yang positif memerlukan diberlakukannya keadaan berikut ini :
- Orang dengan dimensi keperibadian yang umum harus homogen dalam hal faktor-faktor demografi seperti usia, pendapatan, atau lokasi sehingga mereka tersedia pada khalayak media yang kebanyakan berkenaan dengan karakteristik lazim dari jenis ini yang dapat diidentifikasi, maka tidak ada sarana praktis untuk menjangkau mereka sebagai pangsa pasar yang unik.
- Pengukuran yang memisahkan variabel keperibadian harus diperhatikan memiliki keterandalan dan keabsahan yang akurat. Kesulitan dalam hal ini bersifat luas.
- Perbedaan keperibadian harus mencerminkan variasi yang jelas di dalam kegiatan dan preferensi pembeli yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan secara bermakna melalui modifikasi di dalam bauran pemasaran. Dengan kata lain, orang dapat memperlihatkan profil keperibadian yang berbeda namum pada dasarnya tetap memilih atribut produk yang sama.
- Kelompok
pasar yang dipisahkan oleh pengukuran keperibadian harus berukuran mencakupi
untuk dijangkau secara ekonomis. Pengetahuan bahwa setiap orang bervariasi pada
skala keperibadian memang menarik, tetapi tidak praktis untuk perusahaan
pemasaran yang umumnya harus bekerja dengan pangsa yang rekatif besar.
KEPERIBADIAN MEREK
Untuk
penerapan pemasaran, pemakaian yang lebih efektif dari konsep keperibadian
mungkin berupa deskripsi merek. Mereka menyingkirkan asumsi bahwa orang
mempunyai pola (dorongan atau ciri) yang konsisten yang menjadi pedoman bagi
mereka untuk semua merek atau situasi konsumsi. Agaknya, merek mempunyai
respons konsisten yang dibangkitkan terhadap mereka, tidak didasarkan pada
asumsi mengenai keperibadian konsumen yang berespons terhadap merek tersebut,
walaupun respons seperti ini akan lebih kuat pada beberapa jenis konsumen atau
keperibadian dibandingkan yang lain. Keperibadian merek adalah bagian dari
keseluruhan citra merek bersangkutan, yang dimengerti barangkali oleh banyak
pelanggan, tetapi lebih menarik (atau menjinjikan) bagi sebagian konsumen
dibandingkan bagi yang lain.
Keperibadian
merek mengacu pada tujuan komunikasi yang berkenaan dengan atribut yang melekat
di dalam suatu produk dan juga profil persepsi yang diterima oleh consumen
mengenai merek spesifik. Merek memliki tiga dimensi. Satu dimensi adalah
atribut fisik (physical attribute, seperti warna, haga, bahan, dan seterusnya.
Sebagai contoh, Tang adalah bubuk jeruk yang berharga 89 sen. Dimensi suatu
merek . Lemon-fresh Pledge memoles perabot milik konsumen dan menangkal debu.
Kedua jenis atribut ini dapat diverifikasi secara objektif. Dimensi ketiga dari
merek adalah karakterisasi, keperibadian merek sebagaimana dirasakan oleh
konsumen. Merek mungkin dicirikan sebagai modern atau ketinggalan model, atau
riang atau eksotik, persis seperti ciri manusia.
RESPONS EMOSIONAL
Keperibadian
merek atau produk dapat dimengerti lebih jauh dengan berfokus pada respons
emosional yang dibangkitkan diantara konsumen. Respons seperti ini dapat
dihubungkan secara erat dengan dorongan atau motif yang dibicarakan. Sewaktu
konsumen membeli produk, mereka kerap menginginkan lebih dari sekedar atribut
fungsional atau atribut nyata yang diberikan oleh produk bersangkutan. Mereka
juga menginginkan pengalaman yang baik, respons emosional yang baik dari
pemakaian produk. Ini dideskripsikan sebagai manfaat “hedonic” dari konsumsi.
Walaupun bersifat subjektif dan tidak nyata, respons emosional juga
membangkitkan reaksi fisiologis yang dapat diukur dengan metode penelitian
fisiologis.
Rangkaian
tes psikologi digunakan untuk mengerti respons emosional terhadap merek.
Sebagaian dari tes ini merupakan ancangan psikologis standar, seperti kelompok
fokus dan wawancara. Sebagain lebih inovatif. Biro iklan Foote, Cone dan
Belding menggunakan teknik di mana konsumen diberi tumpukan foto dari wajah orang
dan diminta untuk menyortir tumpukan foto tersebut kedalam jenis konsumen yang
mungkin merupakan pemakai khas dari merek tertentu. Setiap wajah menggambarkan
reaksi emosional yang berbeda terhadap suatu produk.
Kaegori
emosional Mehrabian-Russell menggambarkan tiga dimensi. Konsepsi kesenangan (pleasure), kegairahan (arousal),
dan dominansi (dominance) mendefinisikan emosi berkenan dengan dimensi yang
berkesinambungan: ini disebut paradigm
PAD. Daftar yang lebih ekstensif dikembangkan oleh Plutchik untuk mencakupi
ketakutan, kemarahan, kesenangan, kesedihan, kejijikan, penerimaan,
pengharapan, dan keheranan.
KEPERIBADIAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Keperibadian
dapat digunakan untuk menjelaskan tahap antara di dalam proses keputusan. Penelitian
konsumen semakin mengakui bahwa prediksi dari tahap antara adalah lebih baik
daripada berusaha menjelaskan hasil perilaku dengan keperibadian. Yang paling
memberi harapan dari upaya-upaya ini adalah penelitian yang berfokus pada
hubungan di antara variabel keperibadian dan pengelolahan informasi. Variabel
keperibadian dari kebutuhan akan kognisi
sudah diselidiki dan didapatkan berhubungan dengan bagaimana iklan dapat
mempengaruhi pembentukan sikap terhadap produk konsumen. Kebutuhan akan kognisi
atau need for cognition (Ncog) adalah
ukuran dari kecenderungan individu untuk menikmati berpikir.
Pengambilan
resiko adalah variabel lain yang dapat meningkatkan pengertian kita mengenai
pengambilan keputusan konsumen. Resiko, seperti didefinisikan di dalam
penelitian keperibadian, lebih dari sekedar ketidakpastian mengenai hasil.
Resiko merupakan harapan pribadi bahwa suatu kerugian akan terjadi. Semakin
besar kepastian seseorang akan kerugian tersebut, semakin orang itu menjadi
pengambil risiko, suatu kondisi yang mungkin mempengaruhi sikap di dalam model
multiatribut. Penelitian konsumen masa datang tampaknya menuju penekanan yang leboh
besar pada pengertian persepsi dan respons konsumen dalam pengalaman konsumsi.
Penelitian seperti ini berfokus pada variabel seperti kecenderungan pencarian
kegairahan konsumen dan cara di mana mereka berinteraksi dengan personel
penjualan, khususnya sebagai determinan dari situasi pembelian berdasarkan
impuls dan produk/toko yang direncanakan. Ini tampaknya lebih efektif daripada
upaya untuk menghubungkan pembelian dengan variabel yang lebih umum dan kuno
dari keperibadian yang didasarkan pada asumsi ciri atau temperamen yang
meresap.
NILAI PRIBADI
Individu
mempunyai nilai yang didasarkan pada nilai inti dari masyarakat tempat mereka
tinggal, tetapi dimodifikasi oleh nilai dari sekelompok lain di mana mereka
menjadi anggotanya dan situasi kehidupan individual atau keperibadian. Di dalam
latar organisasi, nilai sudah diakui sangat penting bagi keberhasilan jangka
panjang dari organisasi bersangkutan. Realitas bahwa nilai pribadi selalu
memiliki tempat di dalam latar perusahaan sudah digabungkan sebagai daya tarik
dalam iklan. Penelitian konsumen yang berhubungan dengan nilai sudah
dipengaruhi oleh karya Milton Rokeach. Di dalam bukunya, The Nature of Human
Values, Rokeach mendefinisikan nilai sebagai kepercayaan yang abadi bahwa modus
perilaku tertentu atau keadaan akhir keberadaan lebih disukai secara pribadi
atau secara sosial dibandingkan modus perilaku yang berlawanan atau terbalik
atau keadaan akhir keberadaan. Dinyatakan sebagai alternatif, nilai relatif
stabil, tetapi tidak sepenuhnya statis, seperti halnya kepercayaan (dengan
komponen kognitif, afektif, dan perilaku) mengenai apa yang harus dikerjakan
seseorang (tetapi tidak selalu dikerjakan), baik mengenai tujuan (keadaan akhir
atau elemen terminal) dan cara berperilaku (komponen instrumental) untuk
mencapai tujuan.
Penelitian
nilai dalam perilaku konsumen dapat digunakan untuk stabil pemangsaan pasar.
Walaupun produk yang dipelajari paling sering adalah mobil, seperti dalam studi
oleh Vinson, Scott, dan Lamont, pengaruh keluarga mungkin lebih penting di
dalam pembelian dalam keterlibatan yang begitu tinggi dibandingkan dalam
pembelian rutin atau pembelian dengan keterlibatan rendah seperti serealia atau
deodorant. Penjenjangan (laddering) adalah teknik yang dikembangkan sekarang
ini. Teknik ini berguna untuk mengerti atribut produk. Penjenjangan mengacu
pada penyelidikan mendalam yang ditunjukan untuk menyingkapkan masa tingkat
pada tingkat manfaat (atribut) dan tingkat nilai. Penjenjangan berusaha
menyingkapkan hubungan antara atribut produk, hasil (konsukuensi) pribadi, dan
nilai yang berfungsi untuk menyusun komponen jaringan kognitif di dalam bentuk
konsumen.
GAYA HIDUP GLOBAL
Strategi
pemasaran semakin dijalankan dengan baris global. Penelitian konsumen mengenai
topik-topik yang sama pentingnya dengan gaya hidup, dengan demikian, memerlukan
pemekiran mengenai bagaimana pangsa gaya hidup bervariasi antarnegara.
Memperlihatkan temuan seperti ini untuk beberapa strategi global yang canggih,
mereka pun semakin perlu menggunakan tipologi seperti ini untuk mengembangkan
produk yang menghimbau pangsa pasar di banyak negera. Baik media cetak maupun
elektronik menjangkau ke seluruh penjuru dunia karena orang berlangganan
majalah dengan basis yang meliputi seluruh dunia dan mendengarkan televise
satelit. Jadi, desain produk dan strategi komunikasi dapat dikembangkan untuk
Achiever dari beberapa Negara untuk menjangkau pangsa pasar yang kaya dan
semakin berkembang. Menjelang tahun 1992 di Eropa, pangsa makin didefisinikan
berdasarkan gaya hidup di seluruh Eropa dan bukan ancangan spesifik masa lalu
dari Negara bersangkuta.
KONSEP GAYA HIDUP DAN PENGUKURAN
Gaya
hidup di luar keperibadian. Gaya hidup adalah konsep yang lebih kontemporer,
lebih komprehensif, dan lebih berguna daripada keperibadian. Karena alasan ini,
perhatian yang besar harus dicurahkan pada upaya memahami konsepsi atau kata
yang disebut gaya hidup, bagaimana gaya hidup diukur, dan bagaimana gaya hidup
digunakan. Gaya hidup didefinisikan sebagai pola di mana orang hidup dan
menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup adalah fungsi motivasi konsumen dan
pembelajaran sebelumnya, kelas sosial, demografi, dan variabel lain. Gaya hidup
adalah konsepsi ringkasan yang mencerinkan nilai konsumen.
- Psikografi
- Pernyataan AIO
- Pemangsaan Pasar
Sumber :
James F. Engel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard. (1994). Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.
James F. Engel, Roger D. Blackwell, Paul W. Miniard. (1994). Perilaku Konsumen Jilid 1. Jakarta : Penerbit Binarupa Aksara.
Gambar
: google.co.id/ https://www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar