Industri
telepon seluler (ponsel) berkembang tidak hanya dari sisi volume penjualannya
saja. Berbagai fitur dan model ponsel juga ikut berkembang. Pada awalnya sebuah
ponsel cuma bisa mentransfer sinyal-sinyal suara, namun saat ini sebuah ponsel
bisa mengirimkan pesan berupa teks, gambar, bahkan pesan multimedia. Di samping
itu, juga mampu digunakan untuk mengakses data seperti yang dapat dilakukan
oleh sebuah komputer. Dulu, ponsel ukurannya besar seperti batu bata, namun
sejak tiga tahun terakhir ini kebanyakan produsen mendesain ponsel yang kecil
dan ramping.
Ponsel
cerdas alias smart phone,
dengan segala fasilitasnya, seakan menjadi asisten pribadi kita. Dia dapat
membantu saat kita ingin berkomunikasi dengan kerabat atau kolega di mana pun
kita berada. Dengan memorinya, dia dapat menyimpan semua ingatan kita. Dengan
kamera digitalnya, dia dapat mengabadikan berbagai kenangan manis. Dia juga
bisa membatu kita berselancar di dunia maya. Tak heran bila sekarang makin
banyak konsumen yang tidak bisa lepas dari ponselnya. Ponsel telah menjadi
bagian aktivitas sehari-hari. Ponsel pun telah menjadi gaya hidup seseorang.
Tak
heran pula bila sekarang ini banyak konsumen yang memiliki ponsel lebih dari
satu. Hasil survei yang dilakukan Deka Marketing Research terhadap 500
responden pemilik ponsel di 5 kota besar, menunjukkan sekitar 20% responden
memiliki ponsel lebih dari satu buah. Dan 80% responden lainnya hanya memiliki
satu ponsel. Keterbatasan ekonomi dan mobilitas yang dimililki sebagian besar
masyarakat Indonesia masih membatasi kepemilikian ponsel lebih dari satu.
Bagusnya,
konsumen Indonesia dalam pembeliannya masih memilih ponsel yang baru, kendati
sekarang ini banyak ditawarkan ponsel seken. Ini terlihat dari banyaknya
responden yang membeli ponsel dalam kondisi baru (60%) dibanding ponsel seken
(40%). Meski begitu, berdasarkan data pasar yang diperoleh, mayoritas
ponsel yang terjual adalah ponsel kelas low
end (harganya kurang dari Rp 1,5 juta per unit). Ini sesuai dengan
daya beli masyarakat Indonesia pada umumnya.
Dengan
kondisi ekonomi nasional yang belum pulih, harga biasanya menjadi pertimbangan
utama dalam pemilihan produk. Hasil riset ini pun menunjukkan demikian. Harga
menjadi faktor utama yang paling mempengaruhi dalam pemilihan produk ponsel
(23,4%). Selanjutnya adalah keawetan/ketahanan ponsel tersebut (22,4%). Bagi
responden, jika produknya awet, maka pemakaiannya bisa lama sehingga
hitung-hitungan harganya jadi murah juga.
Fakta
menunjukkan bahwa faktor merek berada di urutan kelima (10,8%). Ketimbang
merek, responden lebih mempertimbangkan model dan fitur/fasilitas. Kedua faktor
ini menempati urutan ketiga (17%) dan keempat (15,6%). Hal ini menunjukkan
bahwa konsumen Indonesia umumnya tidak begitu memperhatikan merek handphone.
Kejelian
Nokia dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan berbagai segmen konsumen
menjadikannya sebagai merek yang paling banyak dipilih. Setiap tahun Nokia
mengeluarkan berbagai model yang jumlahnya bisa lebih dari 10 jenis. Modelnya
pun disesuaikan dengan karakter masing-masing segmen. Selain itu, Nokia selalu
terdepan dalam menyediakan fitur/fasilitas seiring dengan kemajuan teknologi.
Begitu pun dengan Sony Ericsson, tiga tahun terakhir ini banyak mengeluarkan
model dan fitur-fitur terbaru. Hasilnya, Sony Ericsson menyodok di peringkat
kedua dalam peraihan pangsa pasar.
Harus
diakui Nokia masih menjadi jawara di pasar ponsel. Merek ini tidak hanya
berjaya di pasar global, tapi juga dominan di pasar Indonesia. Terbukti ketika
responden ditanya merek ponsel yang dimiliki saat ini, 73% dari mereka menyebut
Nokia. Bukan cuma dominan di Jakarta saja, di kota lain pun merek dari
Firlandia ini ngetop.
Jauh di urutan kedua adalah Sony Ericsson dengan persentase 13,4%; disusul
Motorola (7,4%); Samsung (6,6%); dan Siemens (4,2%). Wajar bila Nokia banyak
dipilih oleh responden. Karena merek ini sangat dikenal dengan peraihan top of mind (TOM) hingga
88%. Sementara Sony Ericsson yang menempati urutan kedua hanya meraih 5,5%.
Handphone
memang sudah menjadi gaya hidup konsumen, sehingga mereka pun selalu
memperhatikan tren perkembangan ponsel. Jika ada model atau fitur baru, mereka
pasti akan segera mengikutinya. Perilaku seperti ini juga tercermin dalam
survei yang menunjukkan mayoritas responden sudah mengganti ponselnya lebih
dari satu kali (60,8%). Umumnya mereka melakukan penggantian 2-3 kali atau 4-6
kali. Bahkan, ada responden yang telah mengganti ponselnya sampai lebih dari 10
kali (2,6%).
Pemicu
mereka mengganti ponsel umumnya karena ingin ganti model (40,4%). Selanjutnya,
karena sudah bosan dikemukakan oleh 38,6% responden. Alasan lainnya adalah
karena rusak (37,5%), tren fitur (18,90%) dan hilang (16,5%). (Anang Ghozali)
Sumber : http://www.marketing.co.id/blog/2007/07/01/perilaku-konsumen-handphone-sering-ganti-ponsel-karena-model/
Gambar
: google.co.id/ https://www.google.co.id/imghp?hl=id&tab=wi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar